Syahdan. Sultan Samawa
sangat sedih menyaksikan putrinya yang terbaring sakit. Ia telah
berusaha tanpa kenal lelah guna mencarikan pengobatan bagi putri
tercinta agar segera sembuh. Berbagai cara pengobatan telah dilakukan
berharap Sang Putri bisa pulih seperti sedia kala, namun sudah sekian lama belum menunjukkan hasil yang berarti.
Akhirnya Sultan menggelar sayembara, barangsiapa bisa menyembuhkan putrinya, jika lelaki akan dijodohkan dengan Sang Putri. Sandro atau dukun dari berbagai penjuru Tana Samawa berlomba untuk menyembuhkan sang putri. Silih berganti sandro berusaha mengobati Sang Putri, namun tidak seorangpun yang berhasil. Sampailah
seorang sandro dari rantau datang. Namanya Zainal Abidin, dari tanah
Sulawesi. Ternyata ia berhasil menyembuhkan sang putri.
Sayang, Sultan mangkir terhadap janjinya sendiri untuk menikahkan Sang Putri
dengan sandro yang mampu menyembuhkan penyakit putrinya. Zainal Abidin
adalah sandro muda yang tampan. Sang Putri pun bahkan jatuh cinta dengan
sandro. Sultan bersikeras tidak mau menikahkan Sang Putri dengan sandro, bahkan tega mengusir sandro agar pulang ke tanah asalnya.
Karena diusir oleh Sultan, sandro melangkah
menuju laut untuk naik kapal kembali ke negerinya, Sulawesi. Sang Putri
yang terlanjur jatuh cinta mengejar sandro, tak tahu ia harus kemana,
hingga sampailah ia di sebuah tanjung. Sesampai di tanjung tersebut,
sandro ternyata sudah naik perahu meninggalkan Tana Samawa.
Tinggallah Sang Putri seorang diri di tanjung
merenungi nasibnya karena kasih tak sampai. Ia menangis tanpa henti di
tanjung itu. Sementara sambil berlayar di atas perahu, sandro
menembangkan sebuah lawas (puisi):
Kumenong si sengo sia, intan e
Leng Poto Tanjung Menangis
Kupendi Onang ku Keme…
Sang Putri menunggu berhari-hari di tanjung
itu, sambil tetap menangis. Akhirnya masyarakat menyebut tanjung itu
dengan sebutan Tanjung Menangis.
**********
Hari Sabtu 24 Desember 2011 yang baru lalu,
saya berkesempatan mengunjungi pantai Tanjung Menangis di wilayah
Sumbawa. Tanjung Menangis (Cape Weep), masuk wilayah kecamatan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pantai ini sungguh indah, tampak sangat
bersih, airnya bening, tampak biru, dengan pasir yang sangat indah.
Berwarna coklat muda, hampir ke putih, dan memenuhi sepanjang pantai. Di
seberang sana, nun jauh, tampak Pulau Moyo yang terlihat indah,
menambah keindahan pemandangan pantai.
Saya segera penasaran dengan nama pantai yang
terasa “aneh” itu. Pantai yang indah, tapi namanya Tanjung Menangis.
Pasti ada sejarahnya. Ternyata seperti itulah legenda Tanjung Menangis,
sebuah kisah sedih yang mengharukan. Judulnya, “kasih tak sampai”,
selanjutnya kita sebut KTS.
*********
Kisah cinta Sang Putri dengan seorang sandro
muda nan tampan tersebut hanyalah legenda, atau dongeng yang beredar
dari mulut ke mulut. Sangat sulit untuk memastikan kebenaran kisahnya,
karena memang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah resmi. Namun KTS alias “kasih tak sampai” adalah tema besar yang selalu terulang sepanjang zaman, oleh putri dan sandro zaman sekarang.
Di Jogja Family Center banyak anak
muda mengadukan persoalan KTS yang sering mengharubiru perasaan. Seorang
perempuan muda usia mengadukan kesedihan hati, karena merasa
dicampakkan oleh kekasihnya. Semula ia sangat yakin lelaki idamannya
benar-benar setia. Harapan telah dipupuk dengan subur, hingga hatinya
terlanjur tertambat kuat kepada sang kekasih. Namun ternyata ia salah.
Sang kekasih meninggalkan dirinya dan menikah dengan perempuan lain.
Pada kisah KTS hampir selalu kita
dapatkan aroma ketidaksetiaan atau pengkhianatan, walau ada juga sebab
lain. Pada kisah Tanjung Menangis di atas, tampak Sultan Samawa
mengkhianati janjinya sendiri. Pada kisah perempuan muda yang saya
ceritakan, tampak ada ketidaksetiaan sang kekasih. Korbannya, adalah
seseorang yang tersakiti hatinya. Terlukai jiwanya. Terenggut
kebahagiaannya.
**********
Kisah KTS sangat merugikan kaum
perempuan. Karena secara umum kaum perempuan lebih dominan menggunakan
potensi perasaan dan hatinya dalam menjalin hubungan dan komunikasi.
Ketika seorang perempuan mengalami kejadian KTS dengan sebab apapun, ia
akan terluka dan menderita, lebih berat dibandingkan apabila hal itu
dialami oleh lelaki.
Bahkan ada dugaan kuat, lelaki yang
pertama kali dicintai dan memasuki hati seorang perempuan, akan sulit
dilupakan seumur hidupnya. Kecuali apabila perempuan ini mampu
membersihkan hati dengan kegiatan ibadah dan ruhaniyah, sehingga hatinya
terbersihkan dari kenangan masa lalu yang membelenggu. Tentu saja
lelaki juga punya kenangan kepada perempuan yang pertama kali dicintai
dan memasuki hatinya, namun karena lelaki banyak menggunakan potensi
logika maka hal itu tidak terlalu membekas di hati dalam waktu lama.
Maka berhati-hatilah menjaga hati.
Jangan mudah jatuh cinta, jangan mudah memberi harapan. Saya selalu
menasehati anak-anak muda dengan sebuah rumus sederhana, “jangan
memastikan sesuatu yang belum pasti”.
Misalnya seorang perempuan memiliki
kekasih, dan mereka sudah bersepakat untuk meneruskan hubungan ke
jenjang pernikahan. Ingat, itu sesuatu hubungan yang belum pasti, maka
jangan pernah memastikan bahwa akan sesuai harapan. Jika perempuan ini
terbuai, ia rela menyerahkan semua yang dimiliki, sampai kehormatannya,
kepada sang kekasih. Padahal hubungan mereka hanya sebatas janji dan
kesepakatan atau komitmen.
Apabila kekasih mengingkari janji,
jadilah ia perempuan yang merana dan sudah ternoda. Lelaki bejat ini
tidak kelihatan “bekas” apapun dalam dirinya, atas pebuatan tidak
bertanggung jawab yang telah ia lakukan. Ia bisa mengulang hal serupa
kepada ribuan perempuan yang tidak tahan rayuan, dan selalu melakukan
perbuatan di luar batas kepada setiap perempuan yang berhasil
dibujuknya. Lagi-lagi, tidak tampak “bekas” atas kebejadan yang ia
lakukan.
Namun berbeda dengan perempuan. Ada
“bekas” nyata yang bisa dialaminya. Hamil di luar nikah. Zaman dulu,
peristiwa hamil di luar nikah merupakan aib keluarga, sangat memalukan
dan mencoreng semua anggota keluarga. Namun di zaman sekarang, seakan
sudah menjadi tradisi yang lumrah. Apalagi banyak iklan terang-terangan
menawarkan jasa aborsi, sehingga banyak kalangan tidak khawatir jika
terkena hamil di luar nikah, karena sudah menemukan solusi. Aborsi. Na’udzu billah….
Ada bekas lain pada perempuan, yaitu goresan luka di hati. Merasa dikhianati, merasa ditipu. Sakit hati tidak terperi.
*******
Mari berhati-hati menjaga hati.
Jangan mudah menyerahkan hati kepada seseorang yang hanya mengobral
janji. Jangan pernah memastikan sesuatu yang belum pasti.
Dalam kaitan relasi lelaki dan
perempuan untuk menuju jenjang pernikahan, yang disebut sebagai pasti
adalah apabila sudah terlaksana akad nikah yang sah sesuai aturan agama
dan negara. Jika belum melaksanakan akad nikah, maka semua belum pasti.
Semua kemungkinan masih bisa terjadi. Jangan melakukan perbuatan bodoh
dan tidak bertanggung jawab dalam menjalin hubungan dengan kekasih hati.
Tidak layak kita berpikir “cinta
tak mesti memiliki”, karena sulit memisahkan hati dari badan. Anda akan
semakin sakit dan senewen, jika mencintai seseorang yang bukan milik
anda. Mencintai isteri orang lain, mencintai suami orang lain, menjalin
hubungan diam-diam dengan alasan cinta tak mesti memiliki. Hentikan saja
khayalan semacam itu. Hiduplah di alam nyata, cinta itu aktivitas hati,
pikiran dan badan. Jangan dipisah-pisahkan.
Jika anda sadar bahwa hubungan yang
anda bangun akan mengarah kepada kisah KTS, segera hentikan. Ya, segera
berhenti, jangan diteruskan. “Aku akan tetap mencintaimu seumur
hidupku, walau tak pernah memilikimu”, buang kalimat seperti itu. Karena
itu mustahil bin bohong bin dusta. Jangan biarkan anda merana karena
mencintai seseorang yang tidak mungkin menjadi milik anda. Semakin anda
teruskan, semakin membuat sakit perasaan.
Kisah KTS selalu menimbulkan korban
sakit hati. Kata orang masih lebih ringan sakit gigi daripada sakit
hati. Sedemikian sakit, sampai menimbulkan tangis yang sulit berhenti,
hingga menjadi legenda Tanjung Menangis.
Cukuplah Tanjung Menangis menjadi
saksi sakitnya hati akibat kasih tak sampai. Jangan ada yang
mengalaminya lagi. Maka, mari berhati-hati menjaga hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar